Surah ini dimulai dengan sumpah Allah tentang:
1. Malam apabila menutupi alam keliling dengan kegelapannya (1)
2. Siang apabila terang benderang sehngga menampakkan dengan jelas yang remang dan tersembunyi (2).
3. Penciptaan laki-laki dan perempuan, jantan dan betina (3). Allah bersumpah dengan hal-hal yang bertolak belakang itu untuk menegaskan bahwa sesungguhnya usaha kami wahai manusia sungguh berbeda-beda [4], sebagaimana perbedaan malam dan siang dan lelaki dan perempuan. Ada yang bermanfaat, ada juga yang merusak, ada yang berdampak kebahagiaan dan ada juga kesengsaraan.
Jika demikian itu, keragaman amal perbuatan manusia, maka tentu saja dampaknya pun akan berbeda, Nah, ayat-ayat berikut menjlaskan dampak tersebut, yakni: adapun orang yang memberi dengan ikhlas apa yang dalam genggaman tangan dan kemampuannya serta melakukan aneka kewajiban yang dipikulnya, dan dia bertakwa (5), yakni berupaya menghindari siksa Ilahi dengan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya serta membenarkan adanya kesudahan yang terbaik (6), antara lain kemenangan, ganjaran, atau surga yang dijanjikan Allah, maka Allah bersama dengan makhluk-makhluk yang Dia tugaskan akan memudahkan baginya jalan kemudahan (7), yakni Allah akan menyiapkan untuknya aneka jalan yang mengantarkannya kepada kemudahan dan ketenangan dengan mengarahkannya kepada jalan kebaikan.
Sedang yang kikir dan merasa dirinya cukup sehingga mengabaikan orang lain atau mengabaikan tuntutan Allah dan Rasul-Nya (8) serta mengingkari keniscayaan Kiamat atau kesudahan yang terbaik [9], maka kelak Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesukaran (10). Jangan duga bahwa hartanya tidak berguna baginya apabila dia telah binasa, yakni setelah meninggalnya nanti.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 1-11
1. Manusia dalam hidup ini berbeda perangai, kecenderungan, pandangan dan perhatian. Usahanya bermacam-macam dan berbeda-beda dalam substansi, motivasi dan arahnya, sehingga dampak dan hasilnya pun pasti berbeda-beda.
2. Malam bertingkat-tingkat kepekatan hitamnya, demikian juga siang dengan kejelasannya. Ini mengisyaratkan juga bertingkat-tingkat amalan manusia, yang baik dan yang buruk. Ada yang mencapai puncak -kebaikan atau keburukan- dan ada juga yang belum/tidak mencapainya.
3. Kebaikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena sejalan dengan jati diri manusia. Berbeda dengan keburukan, yang ditutup-tutupi dan dikerjakan dengan berpayah-payah menyembunyikannnya. Kebaikan dapat dilakukan dengan santai, bahkan ada kecenderungan untuk menampakannya.
4. Sebelum Allah mempermudah bagi seseorang untuk menelusuri jalan kebahagiaan atau sebaliknya, yang bersangkutan terlebih dahulu harus aktif melakukan sesuatu. Dalam konteks meraih kemudahan, yang bersangkutan harus memberi, bertakwa, serta membenarkan adanya kesudahan terbaik. Sebaliknya, yang memperoleh kesulitan adalah yang kikir dan merasa dirinya cukup serta mendustakan keniscayaan Kiamat.
1. Malam apabila menutupi alam keliling dengan kegelapannya (1)
2. Siang apabila terang benderang sehngga menampakkan dengan jelas yang remang dan tersembunyi (2).
3. Penciptaan laki-laki dan perempuan, jantan dan betina (3). Allah bersumpah dengan hal-hal yang bertolak belakang itu untuk menegaskan bahwa sesungguhnya usaha kami wahai manusia sungguh berbeda-beda [4], sebagaimana perbedaan malam dan siang dan lelaki dan perempuan. Ada yang bermanfaat, ada juga yang merusak, ada yang berdampak kebahagiaan dan ada juga kesengsaraan.
Jika demikian itu, keragaman amal perbuatan manusia, maka tentu saja dampaknya pun akan berbeda, Nah, ayat-ayat berikut menjlaskan dampak tersebut, yakni: adapun orang yang memberi dengan ikhlas apa yang dalam genggaman tangan dan kemampuannya serta melakukan aneka kewajiban yang dipikulnya, dan dia bertakwa (5), yakni berupaya menghindari siksa Ilahi dengan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya serta membenarkan adanya kesudahan yang terbaik (6), antara lain kemenangan, ganjaran, atau surga yang dijanjikan Allah, maka Allah bersama dengan makhluk-makhluk yang Dia tugaskan akan memudahkan baginya jalan kemudahan (7), yakni Allah akan menyiapkan untuknya aneka jalan yang mengantarkannya kepada kemudahan dan ketenangan dengan mengarahkannya kepada jalan kebaikan.
Sedang yang kikir dan merasa dirinya cukup sehingga mengabaikan orang lain atau mengabaikan tuntutan Allah dan Rasul-Nya (8) serta mengingkari keniscayaan Kiamat atau kesudahan yang terbaik [9], maka kelak Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesukaran (10). Jangan duga bahwa hartanya tidak berguna baginya apabila dia telah binasa, yakni setelah meninggalnya nanti.
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 1-11
1. Manusia dalam hidup ini berbeda perangai, kecenderungan, pandangan dan perhatian. Usahanya bermacam-macam dan berbeda-beda dalam substansi, motivasi dan arahnya, sehingga dampak dan hasilnya pun pasti berbeda-beda.
2. Malam bertingkat-tingkat kepekatan hitamnya, demikian juga siang dengan kejelasannya. Ini mengisyaratkan juga bertingkat-tingkat amalan manusia, yang baik dan yang buruk. Ada yang mencapai puncak -kebaikan atau keburukan- dan ada juga yang belum/tidak mencapainya.
3. Kebaikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan mudah, karena sejalan dengan jati diri manusia. Berbeda dengan keburukan, yang ditutup-tutupi dan dikerjakan dengan berpayah-payah menyembunyikannnya. Kebaikan dapat dilakukan dengan santai, bahkan ada kecenderungan untuk menampakannya.
4. Sebelum Allah mempermudah bagi seseorang untuk menelusuri jalan kebahagiaan atau sebaliknya, yang bersangkutan terlebih dahulu harus aktif melakukan sesuatu. Dalam konteks meraih kemudahan, yang bersangkutan harus memberi, bertakwa, serta membenarkan adanya kesudahan terbaik. Sebaliknya, yang memperoleh kesulitan adalah yang kikir dan merasa dirinya cukup serta mendustakan keniscayaan Kiamat.
Setelah ayat-ayat yang lalu menegaskan keragaman kegiatan dan dampak amal manusia, yang mengantarkan kepada kebahagiaan dan kemudahan atau kesengsaraan dan kesulitan, ayat di atas menjelaskan bahwa sebenarnya Allah tidak membiarkan mereka tanpa bimbingannya. Ayat 12 bagaikan menyatakan bahwa Allah mewajibkan atas diri-Nya memberi petunjuk dan penjelasan tentang amal-amal yang berdampak baik dan berdampak buruk. Lebih jauh, ayat 13 menegaskan kuasa-Nya, bahwa hanya Allah yang memiliki akhirat dan dunia serta segala yang berkaitan dengan kehidupan pada kedua alam itu.
Selanjutnya, ayat 14-16 menegaskan peringatan Allah secara langsung dengan menyatakan bahwa: Aku Allah secara langsung memperingatkan kamu wahai para pendurhaka dengan api yang sangat besar yang terus menerus menyala-nyala (14). Tidak ada yang masuk ke dalamnya serta meraskan siksanya lagi kekal di sana kecuali orang yang paling atau lebih celaka dari yang lain (15), yaitu mereka yang mendustakan dan berpaling dari tuntunan.
Setelah menguraikan keadaan yang dapat menimpa para pendurhaka, yaitu kecelakaan dan penyiksaan di neraka, ayat-ayat berikut menguraikan siapa yang terhindar dari kecelakaan dan penyiksaan itu. Ayat 17 dan 18 menyatakan : bahwa akan dijauhkan dari siksa api yang berkobar-kobar itu orang yang bertakwa, yakni yang memelihara dirinya dari kemusyrikan dan kemaksiatan. Dan yang salah satu ciri utamanya adalah menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkan harta tersebut dan mengembangkannya (18).
Dia bernafkah semata-mata karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi (20). Karena itu, ayat 21 yang merupakan penutup surah ini menagaskan bahwa: Pasti kelak dia benar-benar akan puas dengan meraih lebih dari apa yang diidamkannya.
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari ayat 12-21
1. Allah SWT memberi hidayah kepada setiap manusia melalui tuntunan para rasul yang diutus-Nya dan akal pikiran serta potensi untuk beramal, yang dianugerahkan-Nya sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi siapa pun yang berakal dan telah menerima informasi keagamaan untuk tidak patuh kepada-Nya.
2. Segala yang berkaitan dengan kehidupan dunia adalah milik Allah. Demikian pula dengan kehidupan akhirat. Dia yang mengendalikan keduanya melakui hukum-hukum yag ditetapkan-Nya berlaku pada masing-masing alam dunia dan akhirat itu. Jika demikian, keliru siapa yang ingin meraih dunia atau akhirat atau keduanya, bila tidak menyesuaikan diri dengan ketetapan serta sistem yang ditetapkan-Nya.
3. Tidak ada yang lebih celaka daripada penghuni neraka, karena kecelakaannya amat besar dan langgeng tidak berakhir, tidak seperti kecelakaan duniawi.
4. Ayat-ayat di atas member kabar gembira kepada siapa pun yang bertakwa yang ciri utamanya adalah memberi tanpa mengharap imbalan dari manusia.
Demikian, wa Allah A'lam.
Sumber : Detik.com dari Tafsir Al-Mishbah
Selanjutnya, ayat 14-16 menegaskan peringatan Allah secara langsung dengan menyatakan bahwa: Aku Allah secara langsung memperingatkan kamu wahai para pendurhaka dengan api yang sangat besar yang terus menerus menyala-nyala (14). Tidak ada yang masuk ke dalamnya serta meraskan siksanya lagi kekal di sana kecuali orang yang paling atau lebih celaka dari yang lain (15), yaitu mereka yang mendustakan dan berpaling dari tuntunan.
Setelah menguraikan keadaan yang dapat menimpa para pendurhaka, yaitu kecelakaan dan penyiksaan di neraka, ayat-ayat berikut menguraikan siapa yang terhindar dari kecelakaan dan penyiksaan itu. Ayat 17 dan 18 menyatakan : bahwa akan dijauhkan dari siksa api yang berkobar-kobar itu orang yang bertakwa, yakni yang memelihara dirinya dari kemusyrikan dan kemaksiatan. Dan yang salah satu ciri utamanya adalah menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkan harta tersebut dan mengembangkannya (18).
Dia bernafkah semata-mata karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi (20). Karena itu, ayat 21 yang merupakan penutup surah ini menagaskan bahwa: Pasti kelak dia benar-benar akan puas dengan meraih lebih dari apa yang diidamkannya.
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari ayat 12-21
1. Allah SWT memberi hidayah kepada setiap manusia melalui tuntunan para rasul yang diutus-Nya dan akal pikiran serta potensi untuk beramal, yang dianugerahkan-Nya sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi siapa pun yang berakal dan telah menerima informasi keagamaan untuk tidak patuh kepada-Nya.
2. Segala yang berkaitan dengan kehidupan dunia adalah milik Allah. Demikian pula dengan kehidupan akhirat. Dia yang mengendalikan keduanya melakui hukum-hukum yag ditetapkan-Nya berlaku pada masing-masing alam dunia dan akhirat itu. Jika demikian, keliru siapa yang ingin meraih dunia atau akhirat atau keduanya, bila tidak menyesuaikan diri dengan ketetapan serta sistem yang ditetapkan-Nya.
3. Tidak ada yang lebih celaka daripada penghuni neraka, karena kecelakaannya amat besar dan langgeng tidak berakhir, tidak seperti kecelakaan duniawi.
4. Ayat-ayat di atas member kabar gembira kepada siapa pun yang bertakwa yang ciri utamanya adalah memberi tanpa mengharap imbalan dari manusia.
Demikian, wa Allah A'lam.
Sumber : Detik.com dari Tafsir Al-Mishbah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar