Mendengar hal itu, sang 'abid teramat geram dan bersegeralah ia mengambil sebilah kapak untuk menghancurkan kesyirikan tersebut. Dalam perjalanan mulianya, ia dihalang-halangi oleh setan yang hendak mencegah niat baiknya. Lalu terjadilah baku hantam antara keduanya. Setan kalah dalam duel tersebut. Merasa takkan mampu lagi menghalangi sang 'abid untuk menebang pohon itu, setan merubah siasat dengan merayu sang 'abid.
Setan berkata : "Asalkan engkau tak menebang pohon itu, aku akan menjamin hidupmu dengan meletakkan setiap hari di bawah bantalmu seikat uang." Si 'abid ternyata tergoda dengan bujuk rayu setan dan ingin membuktikan kebenaran pada ucapan setan sehingga ia mengurungkan niatnya untuk menebang pohon itu.
Dalam satu, dua hari setan memenuhi janjinya meletakkan uang yang banyak di bawah bantal si 'abid. Tentu hati sang 'abid senang menerima hal itu. Namun pada hari ketiga, sang 'abid tak menemukan apapun di bawah bantalnya. Membuatnya murka kepada setan yang mengingkari janjinya.
Dengan berbekal sebilah kapak ia bergerak menuju pohon yang beberapa hari sebelumnya urung ditebangnya. Setan kembali menghadangnya. Duel kembali berkecamuk di antara keduanya. Tetapi kali ini setan tampil sebagai jawara.
Mendapati kekalahannya membuat sang 'abid terperangah sehingga membuatnya bertanya kepada setan : "Mengapa hari ini engkau bisa mengalahkan ku?"
"Hari ini keikhlasanmu untuk menebang pohon itu tidak seperti beberapa hari yang lalu. Keikhlasanmu telah hilang. Kini niatmu untuk menebang pohon itu hanya didorong oleh kemarahanmu karena aku tidak meletakkan uang di bawah bantalmu." Demikianlah jawaban setan dengan bangganya.
Wahai Saudaraku, semoga cerita di atas menjadi iktibar bagi kita bahwa sesungguhnya setan atau iblis itu takkan mampu melawan kita apabila setiap amal dan perbuatan kita dilakukan dengan ikhlas. Namun jika ikhlas sudah terkikis dari motivasi dan niat kita, niscaya setan dengan mudah menaklukkan kita. Semoga Allah selalu menjaga hati kita agar senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya. (SMZ)