SEMANGAT ISLAMI Mewarisi ajaran nabi tapi tetap sesuai zaman, meluruskan tapi tak merusak akidah dan syariah

Keesaan Allah

Manusia dengan akal pikirannya memiliki rasa keingintahuan yang besar. Termasuk dalam hal siapa penciptanya, yang juga menciptakan alam semesta ini. Pencipta itu mereka sebut dengan Tuhan.

Berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan kedalaman pemikiran, manusia menemukan tuhannya masing-masing. Sebagian kecil tersesat tak menemukan apapun. Lalu golongan ini disebut Atheis. Sedangkan bagi mereka yang menemukan tuhannya pun terkotak-kotak oleh keyakinan dan kepercayaannya dalam kelompoknya. Memiliki tuhan dengan nama, bentuk, zat, dan jumlah yang bermacam-macam. Ada yang percaya tuhan itu esa (monotheisme), ada pula yang meyakini banyak tuhan (politheisme).

Islam adalah salah satu agama monotheisme. Yang mengagungkan Allah sebagai Tuhannya. Sebagai agama dengan inti ajaran ketauhidan, Islam tidak mentolerir umatnya untuk meyakini apalagi menyembah kepada tuhan lain. Karena perbuatan semacam itu dikategorikan sebagai perbuatan syirik.

Syirik merupakan perbuatan yang tercela berupa menyekutukan Allah; menduakan, menigakan, dan seterusnya terhadap posisi Tuhan yang Esa. Syirik adalah dosa yang paling besar, pengkhianatan dan penistaan terhadap Allah.

Salah satu bentuk syirik adalah menganggap atau menyatakan bahwa Allah itu beranak (baca: memiliki anak) atau diperanakkan (baca: dilahirkan). Pernyataan yang demikian itu teramat keji untuk dinisbatkan kepada Allah Yang Maha Esa, lagi Maha Suci. Menyatakan tuhan beranak akan menimbulkan pemahaman bahwa Tuhan tiada bedanya dengan manusia dan hewan yang melahirkan/mempunyai anak. Pemahaman yang berkembang selanjutnya adalah bahwa setiap manusia dan hewan yang beranak -- termasuk juga tuhan jika dianggap beranak -- itu tentunya didahului oleh perhubungan kelamin atau interaksi seksual antara pria dan wanita, atau antara jantan dan betina. Na'udzubillah min zalik.

Sehingga mengatakan tuhan beranak akan menimbulkan pengertian bahwa tuhan itu terdiri atas tuhan laki-laki dan tuhan perempuan (politheisme), sebagaimana yang terjadi dalam kepercayaan bangsa Yunani dan Romawi kuno.

Jadi, pernyataan bahwa tuhan beranak/mempunyai anak adalah keyakinan yang sangat rendah dan hina. Termasuk pernyataan bahwa tuhan itu diperanakkan/dilahirkan. Karena Tuhan tidak pantas dilahirkan oleh makhluk-Nya, apalagi dilahirkan dari rahim seorang wanita suci sekalipun. Karena dengan demikian tuhan tidak berlaku adil kepada makhluk-Nya, kenapa Dia tak dilahirkan saja oleh malaikat yang merupakan makhluk-Nya yang taat? Kenapa Dia tak dilahirkan dari matahari yang memiliki energi yang begitu luar biasa dalam menopang kehidupan manusia? Kenapa harus dilahirkan oleh manusia? Seandainya pun tuhan dilahirkan oleh tuhan lainnya, berarti kepercayaan agama itu bersifat politheisme.

Hal inilah yang menyebabkan kemurkaan Allah yang disampaikan melalui firman-Nya:
Dan mereka mengatakan tuhan itu beranak. Sesungguhnya kamu mengatakan sesuatu yang paling buruk. Hampir saja bintang-bintang berguguran karena yang demikian itu, dan bumi hampir pecah belah. Sedangkan gunung-gunung hampir meletus, dikarenakan mereka mengatakan tuhan beranak. (Ketahuilah) semua isi langit dan bumi akan mendatangi Tuhan Yang Mahapengasih sebagai hamba. (QS. Maryam: 88-93)

Ajaran mengenai tuhan itu beranak/diperanakkan terdapat dalam keyakinan kaum Nasrani yang menganggap Nabi Isa sebagai anak tuhan dan dalam agama Yahudi yang menganggap Uzair adalah anak tuhan. Maka kepercayaan yang demikian itu bertentangan secara diametral (180 derajat) dengan kepercayaan dalam Agama Islam.

Allah swt. berbeda dengan makhluk-Nya dalam zat, wujud, bentuk, dan hakikat. Karena Allah bersifat Mukhalafatuhu lilhawaditsi. Dia berbeda dengan bintang-bintang dan matahari; Dia berbeda dengan air, udara, dan api; Dia berbeda dengan batu dan tanah; Dia berbeda dengan manusia, hewan, dan tumbuhan. Tiada suatu apapun yang setara dan serupa dengan-Nya. Karena apapun yang setara dan serupa dengan-Nya berarti memiliki kedudukan yang sama dengan Tuhan sebagai Tuhan. Firman Allah :
Katakanlah: bahwa Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah tempat meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada yang setara/serupa dengan-Nya. (QS. Al Ikhlas: 1-4)

Semoga artikel ini bermanfaat buat kita untuk lebih meyakini keesaan Allah. (SMZ)

Download File :

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Jk akal menjadi dasar dlm memilih allah : dapat dipastikan akal membimbing "jangan memilih dg dasar jumlah/esa, tetapi pilihlah dg dasar manfaat sb ini kebenaran".
maksudnya akal : apa artinya esa jk perbuatanannya spt manusia, lebih mulia memilih tdk esa akan tetapi karya perbuatannya maha esa sebab tdk bisa disamai ditiru oleh siapapun dan bersifat tdk fana.....lu....ar biasa.